Liputan6.com, Sukabumi – Ratusan santri dari berbagai tingkatan sekolah mulai dari SD hingga SLTA, dan Perguruan Tinggi mengikuti festival pencak silat jurus khas aliran Sang Maung Bodas tingkat nasional.
Ajang seni bela diri itu berlangsung selama lima hari dari 13 sampai 18 Agustus 2024 di Pondok Pesantren Dzikir Al Fath, Kelurahan Karang Tengah Kecamatan Gunungpuyuh Kota Sukabumi. Pencak silat ini diikuti oleh sekitar 300 peserta santri, hingga perguruan tinggi yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia.
Selain pencak silat, terdapat festival olahraga tradisional Boles atau main bola api menggunakan tangan dan Adu Lisung. Terdiri dari penampilan tunggal, ganda dan rampak.
Adapun jurus-jurus yang ditampilkan adalah dari aliran Sang Maung Bodas yakni jurus Golok Kala Petok, Maung Keubet, dan Panca Kinanti.
“Ada semua ini (santri) dari mulai Papua sampai Aceh di kita. Mereka mewakili daerahnya masing-masing ikut festival di kita maka disambut tingkat nasional,” kata pimpinan Ponpes Dzikir Al Fath sekaligus guru besar perguruan silat Sang Maung Bodas, KH Fajar Laksana, Kamis (15/8/2024).
Dia menjelaskan, selain bertepatan dengan HUT ke-79 RI, tujuan diselenggarakannya festival ini sebagai pelestarian seni budaya pencak silat yang telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya tak benda (WBTb) dunia asal Indonesia.
“Sekarang bukan lagi bagaimana menjadikan pencak silat menjadi sesuatu yang diakui oleh dunia, tapi bagaimana mempertahankannya karena setelah ditetapkannya itu dunia, PBB ini akan memantau apabila pencak silat ini ditetapkan menjadi warisan tak benda dunia ini jika tidak ada kegiatannya, tidak ada eventnya tidak ada beritanya di media itu dicabut lagi,” jelasnya.
Dia pun mendorong agar perhatian pemerintah terhadap seni budaya pencak silat di Kota Sukabumi harus lebih ditingkatkan. Salah satunya, menyarankan untuk masuk dalam muatan lokal di sekolah-sekolah.
“Apa yang disebut dengan muatan lokal itu mata pelajaran pencak silat menjadi mata pelajaran wajib yang diajarkan mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi minimal kalau tidak ada olahraganya minimal mata pelajaran dalam bentuk sejarahnya, seni budayanya, filosofinya, sampai saat ini belum,” tuturnya.
Apresiasi Ketua IPSI Kota Sukabumi
Di tempat yang sama, Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kota Sukabumi, Mohamad Muraz mengapresiasi Ponpes Dzikir Al Fath karena telah konsisten dalam pengembangan dan pelestarian seni budaya pencak silat.
“Pak Prof Kiai Fajar Laksana selaku sesepuh di IPSI juga dan Ketua dan Guru Besar PS Maung Bodas ternyata bisa mengembangkan terus secara mandiri artinya ini gak dibantu oleh pemerintah daerah atau yang lainnya,” ujar Muraz.
“Tapi ternyata bisa mengembangkan prestasi baik di tingkat Jawa Barat, tingkat nasional bahkan bisa di tingkat internasional. Perguruannya pun sudah berkembang di beberapa negara saya kira itu kebanggaan saya sebagai Ketua IPSI Kota Sukabumi,” sambung dia.
Menurutnya, pemerintah semestinya memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan dan pelestarian seni budaya pencak silat di Kota Sukabumi. Dengan cara menjadikan pencak silat sebagai muatan lokal hingga tingkat nasional.
“Berdayakan perguruan pencak silat yang sudah berkembang, itu yang belum berkembang juga kewajiban pemerintah untuk diberdayakan. Caranya yang paling gampang jadikan pencak silat mulok secara nasional dan itu sudah dimulai di Kota Sukabumi sejak 2007,” ujarnya.
“Mudah-mudahan kedepan Jawa Barat sedang menganalisis terus akan menjadikan silat mulok se Jawa Barat mudah-mudahan kita doakan, mudah-mudahan nanti se-Indonesia jadi akan berkembang kalau enggak dibawa ke pendidikan enggak akan berkembang,” tutupnya.